Tentang berhenti untuk membandingkan diri dengan orang lain..


Ngopi2 di kafe sebenernya bukan life style-ku banget. Selama 1/4 abad lebih umurku, yang namanya ngafe itu baru 4 kali. Sekali di J.CO BSD waktu nongki bareng temen2 S1, sekali di Istanbul sm pak suami, sekali di Starbucks AEON Sapporo diajakin sensei (profesorku) & yg terakhir lagi ya sekarang ini, masih di tempat yg sama tapi sendirian..

Kafe di salah satu sudut kota Istanbul Januari 2018 ❤️


Terakhir kali diajak profesorku kesini waktu aku lagi down banget, awal musim dingin kemarin. Beliau menyadari itu & ngajak ngobrol santai di kafe. Dimulai dgn cerita tentang pengalamannya waktu kuliah di US. Terus ngasih wejangan yang jleb bgt, yaitu aku harus berhenti berkompetisi & merasa tertinggal dr mahasiswa Jepang. Tiap mahasiswa punya pace-nya masing-masing. Kuliah & riset (juga banyak hal dalam kehidupan kita) bukanlah balapan. Cukup fokus dengan potensi yang ada di dalam diriku & melakukan yg terbaik dengan itu. Yang penting, dari proses studi S2 ini aku dapat sesuatu yang membuat aku layak mendapat gelar master saat lulus nanti. Dan beliau menganggap aku masih sangat layak untuk itu..

Sejujurnya salah satu shock terbesar saat mulai kuliah disini adalah bahwa ilmu, skill, & daya tahan dlm melakukan pekerjaan2 risetku tertinggal jauh dari mahasiswa2 Jepang. Sementara selama di Indonesia, tanpa disadari mindset yg tertanam dalam diriku adalah selalu berusaha berkompetisi buat jadi terbaik. Sejak bertahun-tahun yang lalu..

Mungkin akan terdengar sombong, tapi ini fakta & sebenernya ga ada yang bisa disombongin juga sih. Semasa SD-SMP aku termasuk siswa berprestasi di sekolah. Mungkin termasuk beberapa yang terbaik di sekolah untuk urusan akademis. Semasa SMA, meskipun beberapa pelajaran lain mulai kacau karena mulai susah & aku sibuk urusan lain2 (OSIS, Jatuh cinta, de el el wkwk 😂) tp buat Fisika, bidang yg kutekuni, kupastikan aku masih sgt menguasai. Pas kuliah S1, aku wisudawan terbaik di prodi.

Yudisium Fakultas Sains dan Teknologi Agustus 2015


Pas kerja di LIPI aku dpt penghargaan operator terbaik. Hadiahnya tas Gucci (tp KW, tp bagus dipake kemana2 sampai sekarang.. wkwk 🤣).

Penghargaan Purnabakti, Peneliti, Administrasi  dan Operator Terbaik Puslit Fisika LIPI 2017


Proyek riset yg aku kerjain di LIPI pernah dpt "Best Presenter Award / penghargaan pemakalah terbaik" dlm sebuah konferensi internasional.

International Symposium of Frontier Applied Physics (ISFAP) 2016


Dengan semua itu, meskipun gak disadari dan gak ambisius juga sebenarnya buat mencapainya tapi tetep terbentuk mindset buat berkompetisi menjadi yg terbaik.

Tapi.. ketika aku sampai di sini ternyata.. I am not that good. Skill & ilmunya masih ketinggalan jauh sama mahasiswa Jepang yang seangkatan. Karena mindset kompetisi itu sudah tertanam, akhirnya aku berusaha mengejar dan kepayahan sendiri. Kehabisan energi sampai benar-benar sulit bergerak lagi. Sampai akhirnya senseiku menyadarkan aku untuk berhenti berkompetisi, berhenti membandingkan diri dengan orang lain, cukup lakukan yang terbaik dengan potensi kita. Supaya kita gak kepayahan, supaya kita memiliki energi untuk berjalan cukup jauh, untuk menuliskan sejarah kita sendiri. Tanpa harus membandingkannya dengan milik orang lain..

Starbucks AEON Soen
Sapporo, 30 Januari 2019



Comments

Popular posts from this blog

Untukmu Guruku